Selasa, 20 Desember 2016

Tanah Kelahiranku Nanga Bulik, Lamandau Kalimantan Tengah

Nanga Bulik adalah ibukota kabupaten Lamandau. Kabupaten Lamandau sendiri terbentuk karena pemekaran wilayah dan disetujui pada 3 Agustus 2003 dengan luas wilayah 6.414 km2, dan sungainya masih berwana coca cola yang saat ini telah menjadi warna goodieeeee.  Desember 1992 di rumah panggung dengan bangunan menggunakan Kayu Ulin di ruangan 4x4 aku di lahirkan. Nanga Bulik adalah kota kecamatan, yang sekang telang menjadi ibukota kab. LAMANDAU.

diatas speedboat

Mengenang masa kecil dulu apabila libur sekolah SD saya pulang kampung dari Pangkalan Bun naik Speedboat sekitar 3 jam perjalanan ketempat Nenek, betapa serunya mengitari sungai sungguh pemandangan yang sudah tak bisa dinikmati masa sekarang ini, karena masyarakat dikampungku telah meninggalkan akses sungai karna harga bahan bakar untuk speedbot yang sudah tak relevan. Masyarakat memakai akses jalan darat karena lebih murah peralihan ini ketika di tahun 2004 - 2005 jalan lintas provinsi telah jadi. 
Sekarang jalur sungai sudah ditingalkan, mungkin karna zaman telah berubah haha Namun jika dibandingkan pada jamanku waktu SD 1995-2000 hmmm Jalan darat adalah jalan yang MENYERAMKAN dimana  hanya tanah orange yang dikasih batu banyak musibah terjadi apalagi pada waktu itu kayu merupakan penghasilan utama. Truk terbalik itu sudah biasa. Kalau sekarang enak sih dari Pangkalan Bun ke Lamandau hanya 2-3 jam, dulu 5-7 jam. Dulu ketika musim kemarau jalanan dipenuhi oleh debu dan musim ujan dipenuhi lumpur tanah lihat belum lagi kalau melewati yang namanya Bukit Maut dan Bukit Sintang itu medan yang ekstrim dan telah banyak yang gugur semoga amal ibadah mereka diterima. Pengalaman yang tak terlupakan dimana ketika menaiki bukit Sintang dengan mobil Jeep andalan o'om dan mogok ditengah aaaaaa ngeri cuy. Tapi syukurnya kami bisa selamat sampe rumah. 
Di masa masa tersebut aku lebih memilih naik speedbot daripada mobil. Ya karna baru buka pintu aja Nasi Kuning yang baru di Telan Keluar lagi ekwke.

Sekarang kota kelahiranku sudah berkembang pesat dimana ketika saya masih kecil listrik itu hanya nyala 12 jam dalam sehari. Bandingkan dengan sekarang lampu jalan aja pake panel surya cuy. Beruntung sekali sekarang ini sarana dan prasarana penunjang "jalan" dari satu kota ke kota atupun satu desa ke desa sudah bisa dinikmati urang Lamandau. Waktu liburan kuliah adalah waktu yang tepat untuk mengexplore destinasi wisata di kampungku. Meskipun bukan seorang influencer tapi bisa menyatukan teman untuk travelling bersama itu adalah kepuasan sendiri. So saya mau pamer bahwa meskipun tak sepopuler pulau Bali. Kampungku itu mempunyai tempat wisata yang lebih INDAH (pendapat sendiri bah). 

Batu Betungkit, view yang lu dapat bakal berasa di Amazon lo... why? Lu bakal dimanjain dengan mata telanjang terdampar hamparan hutan tropis tepat di garis khatulistiwa. Itu foto si penulis ekeke

Air Terjun Senggilipan, berada tepat di dekat perbatasan kalimantan tengah dan kalimantan barat di maba kalau lu pernah dengar lagunya ninja hatori "mendaki gunung lewati lembah" jalannya seperti gitu lah tapi lu bakal dimanjakan ketika udah sampai cuy hehe

Jurung, ayo tebak ini apa ? Ini adalah tempat orang asli kalimantan menyimpan hasil kebunnya.

Yang ini lupa namanya, aku dah ingat. Ini riam setongah hahahaha smile. You will be happy today.